Posted by Bagus Pandega On 12.20 0 comments

“The Fountain of Lanmeth” at the Gajah Gallery

Singapore, 30 March 2012, Art Media Agency (AMA).
Singapore’s Gajah Gallery is presenting the exhibition “The Fountain of Lanmeth” from 21 April to 25 May 2012. The show brings together the works of seven artists from the Indonesian city of Bandung.
The exhibition takes the 1975 song The Fountain of Lanmeth by the Canadian rockband Rush as its central theme. This six part, 20 minute song recounts the epic story of a man who is searching for a magic fountain. Six of the artists featuring in the exhibition (Dita Gambiro, Andry Mochamad, Bagus A. Pandega, Henrycus Napitsunargo, Prilla Tania, and Syagini Ratnawulan) each explore a different part of the song, while the seventh, RE Hartanto, is presenting a work inspired by the whole story.
Dita Gambiro, the 2011 winner of the Bandung Contemporary Art Award, works using the symbolism of hair. His work Panacea, named after the Greek goddess of healing, consists of a bed entirely made from synthetic hair, representing shelter, protection, and a return to  one’s roots.
Prilla Tania studied sculpture at the Bandung Institute of Technology. Dead elephant leaves an ivory, a dead tiger leaces the stripes, a man dies leaving a name is a reflection upon posterity and immortality that takes the form of a video in which the artist draws in crayon on a board.
Bagus A. Pandega is a graduate in fine-arts from the Bandung Institute of Technology. He primarily works on sculptures which make great use of light, sound, and music. His work Valley incorporates the lyrics of the first section of the Fountain of Lanmeth, which is entitled In the Valley. These words are engraved on a multifaceted bowl which, when illuminated, projects the words on the walls of the gallery.
A work by artist Andry Mochamad (1977 – 2008) ,who was a member of a group carrying out research on video art, is also included in the show.
http://www.artmediaagency.com/en/40007/the-fountain-of-lanmeth-at-the-gajah-gallery/
Posted by Bagus Pandega On 12.18 0 comments

The Fountain Of Lamneth

A Visual Arts Exploration of a Song

Image
Bagus Pandega Rotation inside the Valley kinetic & sound installation 110 x 110 x 230 cm 2012

http://www.sagg.com.sg/page/index.php?option=com_content&task=view&id=966
Till 25 May, Gajah Gallery
In the exhibition The Fountain of Lamneth, seven artists explore experimental methodologies in expressing and showcasing art. The lyrics and architectural form of the song The Fountain of Lamneth by rock music group Rush, from the album Caress of Steel 1975 are freely interpreted. The Fountain of Lamneth is often interpreted as a journey of a person, faced with various obstacles throughout his life; starting from his childhood till death.
Through this project, the themes of The Fountain of Lamneth are borrowed as analogies to observe a current inclination in contemporary Indonesian art practice that leads to the excavation of ethereal ideas such as darkness, absurdity, mysticism, immortality, illusionary truth, the conscious mind.  The artists involved in this project have shown mature conceptions through their works and how they relate to the song. Each artist elaborates on a section from the main song:
Andry Mochamad – Didacts and Narpets; Bagus A. Pandega – In the Valley; Dita Gambiro – Panacea; Henrycus Napitsunargo – Bacchus Plateua; Prilla Tania – The Fountain; Syagini Ratnawulan – No One at the Bridge; RE Hartanto – Overall Impression of The Fountain of Lamneth.
The exhibition is curated by Aminudin Siregar.

Title: Rotation Inside the Valley
Dimension: 110cm x 110cm x 230cm
Materials: Mirror Balls, Gear, Chain, Acrylic, Transistor Radios, LED, Desk Lamp, Iron, Aluminium, Motors, Electronic System.
Year: 2012
Posted by Bagus Pandega On 11.51 0 comments

0


Bandung- Pemenang Bandung Contemporary Art Awards (BaCAA) #02 telah diumumkan dan sekaligus juga membuka pamerannya pada Sabtu (24/3) lalu, di Lawangwangi Art & Science Estate di kawasan Dago Giri.
Dari 478 karya yang ikut dalam kompetisi ini terpilih 24 karya finalis yang dipilih oleh Dewan Juri BacAA #02, yaitu Agus Suwage (seniman), Carla Bianpoen (wartawan), Hendro Wiyanto (kurator), Mella Jarsma (seniman), Syakieb A. Sungkar (kolektor), Rifky Effendy (kurator), dan Wiyu Wahono (kolektor). Dari karya finalis itu kemudian ditentukan tiga karya terbaik dan pemenang utama.
Sebagai pemenang utama BaCAA #02 terpilih video karya Yusuf Ismail berjudul “Eat Like Andy”. Sementara tiga karya terbaik lainnya berhasil dimenangkan oleh Octora Chan dengan karya berwujud boneka perempuan berjudul “Laura In Paradise”, lalu Eddy Susanto dengan karya lukisan berjudul “Java of Durer”, dan terakhir Bagus Pandega dengan karya multimedia interaktif berjudul “Autism Spectrum”.
Para pemenang itu akan mendapatkan kesempatan residensi di berbagai negara, sementara pemenang utama mendapatkan juga hadiah sebesar 100 juta rupiah. Yang menarik adalah para pemenang itu berasal dari jurusan Seni Patung FSRD ITB, kecuali Eddy Susanto yang berasal dari jurusan Desain Grafis ISI Yogyakarta.
Kemudian karya seluruh finalis BaCAA #02 ini akan dilelang oleh lembaga lelang internasional Sotheby’s yang akan diadakan pada bulan April mendatang di Ciputra Marketing Gallery di Jakarta.
Menurut catatan para juri misi BaCAA #02 ini tercapai sebagai salah satu peluang bagi perupa muda maupun calon seniman agar namanya dikenal di kancah dunia seni rupa. Hal itu tampak dari dominasi peserta yang bukan berasal dari kalangan seniman yang sudah cukup dikenal, tapi justru berasal dari kalangan mahasiswa seni rupa, lulusan pendidikan menengah juga tinggi bidang seni rupa, dan mereka yang mulai tertarik untuk terjun ke dunia seni rupa meskipun berasal dari berbagai macam latar belakang pendidikan.
Sementara itu karya Yusuf Ismail (Eat Like Andy, TV Installation, 04,24”, 2011) sendiri merupakan sebuah kritik Yusuf terhadap orisinalitas, uniknya kritik terhadap orisinalitas itu dipaparkan melalui sebuah karya mimikri atau meniru. Dalam videonya Yusuf tampil sebagai dirinya sendiri sambil meniru gaya menyantap burger seniman pop Andy Warhol dalam video yang dibuat oleh Warhol berjudul “Eating a Hamburger” (1982). Kemudian kedua video sang peniru dengan yang ditirunya tersebut dipajang secara bersebelahan.
Menurut para juri sepersis apapun karya Yusuf meniru video “Eating a Hamburger” yang merujuk tak akan sama persis, tapi hanya mirip dengan yang dirujuk. Disitulah muncul gagasan ambivalensi yang mengejutkan pada video karya Yusuf.
Bagaimanapun juga, karya-karya yang dipamerkan hingga 15 April 2012 mendatang ini menunjukan pada kita seni kontemporer yang ada saat ini di tanah air. Direktur ArtSociates, Andonowati, yang menyelenggarakan BaCAA ini memang berkomitmen untuk mendorong perkembangan seni kontemporer Indonesia sehingga dapat diakui dalam peta seni rupa internasional. Selain itu anugrah ini juga berfokus pada seniman-seniman muda berbakat untuk memperkuat peran serta meraka dalam ajang-ajang seni.
Untuk itu acara ini merupakan sebuah momentum penting tidak hanya bagi para seniman muda, tapi juga kemajuan seni rupa Indonesia. Sampai jumpa di BaCAA #3 dan terus berkarya! (wmn)

Read more at http://indonesiakreatif.net/news/liputan-event/pengumuman-anugrah-bandung-contemporary-art-awards-02/#hcQOLkp07cUY2L6b.99 
Posted by Bagus Pandega On 11.44 0 comments

Pertarungan Estetika dan Eksekusi dalam BaCAA #2

JABARTODAY.COM – BANDUNG
Pertarungan estetika atau ide kekaryaan dan eksekusi dari ide seniman masih menjadi yolak ukur pennjurian. Hal itu mengemuka dalam konferensi pers yang digelar sebelum Awarding Night, pada Sabtu, 24 Maret 2012, sore Dewan Juri Bandung Contemporary Art Award (BaCAA) #2, yaitu Syakieb Sungkar, Rifky Effendy, Wiyu Wahono, Carla Bianpoen serta Prilla Tania dan Eddy Susanto sebagai perwakilan 25 finalis BaCAA #2.
Dalam proses penjurian tahap 1 sampai yag terakhir Syakieb Sungkar mengatakan bahwa “Dalam penjurian BaCAA #2 kita tidak hanya sudah akrab antarjuri tetapi lebih mudah karena masing-masing juri sudah ditemukan pattern penjurian dan mungkin selera yang sama.”
Prosentase karya yang masuk ke dalam BaCAA #2 ini dominan karya-karya new media art seperti video dan fotografi. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh pemenang juara pertama BaCAA #1 adlh karya video art.
Secara umum dari 485 peserta yang mendaftarkan diri, lalu diseleksi menjadi 46 nominator dan 25 finalis, hingga 3 perupa dengan karya terbaik memang banyak karya-karya yang cukup memberikan kebaruan dalam hal eksplorasi ide, estetika dan eksekusi karyanya. Dari total jumlah karya yang masuk menjadi peserta sekitar 10 prosennya adalah perupa yang sudah dikenal di pasar seni rupa.
Wiyu Wahono lebih lanjut mengatakan bahwa karya para perupa yang lolos seleksi BaCAA menunjukkan peningkatan prestasi yang signifikan bagi perupa muda karena BaCAA sudah seperti “recommended lable” buat apresiasi pasar.
Namun demikian, Eddy Susanto, salah satu finalis dari Yogyakarya, menyatakan bahwa dirinya merasa nyaman mengikuti kompetisi seni rupa ketimbang pameran seni rupa. “Saya merasa lebih benyak mendapat pengalaman dengan mengikuti kompetisi daripada pameran yang cenderung saling menjatuhkan,” kata Eddy Susanto. Pada malam penganugerahan Andonowati, inisiator BaCAA beserta para dewan juri mengumumkan para pemenang karya terbaik dari 24 finalis BaCAA#2.
Pemenang terbaik pertama dengan hadiah 100 juta rupiah adalah karya video yang berjudul ”Eat Like Andy” oleh Yusuf Ismail dari Bandung yang cukup dikenal dengan karya instalasi video di beberapa even pameran dgn medium video. karya terbaik kedua adalah lukisan berseri yang berjudul ”Java of Durer” oleh desainer grafis dari Yogyakarta, Eddy Susanto. Terbaik ketiga karya seni instalasi-interaktif berjudul ”Autism Spectrum” oleh Bagus Pandega dari Bandung, terbaik urutan ke-4 adalah ”Laura in Paradise” oleh Octora Chan juga dari Bandung. Dari empat perupa terbaik yang diumumkan, 3 di antaranya diboyong oleh perupa Bandung, kecuali pemenang terbaik kedua dari Yogyakarta, yaitu Eddy Susanto. (arg)

http://jabartoday.com/lifestyle/2012/03/26/1030/2067/pertarungan-estetika-dan-eksekusi-dalam-bacaa-2
Posted by Bagus Pandega On 11.41 0 comments

Ini dia para seniman peraih Bandung Contemporary Art Award #2

BANDUNG (bisnis-jabar.com):  Ajang bergengsi Bandung Contemporary Art Award (BaCAA) #2 tahun ini kembali menghasilkan para pemenang. Tahun ini, salah satu ajang seni bergengsi tersebut mampu menjaring 485 peserta. Setelah melalui proses seleksi berkurang menjadi 46 nominator dan 25 finalis, hingga 3 perupa dengan karya terbaik.
Dari konferensi pers pada Sabtu, 24 Maret kemarin di Lawangwangi Art and Science Estate, dewan Juri BaCAA #2, yaitu Syakieb Sungkar, Rifky Effendy, Wiyu Wahono, Carla Bianpoen serta Prilla Tania dan Eddy Susanto sebagai perwakilan 25 finalis BaCAA #2 mengemuka jika pertarungan estetika atau ide kekaryaan dan eksekusi dari ide seniman masih menjadi tolak ukur pennjurian.
Dalam proses penjurian tahap pertama hingga terakhir menurut Syakieb Sungkar proses penjurian agak lebih mudah karena masing-masing juri sudah ditemukan pattern penjurian dan mungkin selera yang sama. “Prosentase karya yang masuk ke dalam BaCAA #2 ini dominan karya-karya new media art seperti video dan fotografi,” kata Syakieb. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena pemenang juara pertama BaCAA #1 adalah karya video art.
“Banyak karya-karya yang cukup memberikan kebaruan dalam hal eksplorasi ide, estetika dan eksekusi karyanya. Dari total jumlah karya yang masuk menjadi peserta sekitar 10% adalah perupa yang sudah dikenal di pasar seni rupa,” papar Syakieb dalam rilis yang dikirim panitia BaCAA #2 pada bisnis-jabar.
Menurut Wiyu Wahono anggota juri yang lain, karya para perupa yang lolos seleksi BaCAA menunjukkan peningkatan prestasi yang signifikan bagi perupa muda karena BaCAA sudah seperti “recommended lable” buat apresiasi pasar.
Pada malam penganugerahan kemarin, Andonowati sebagai inisiator BaCAA beserta para dewan juri mengumumkan para pemenang karya terbaik dari 24 finalis BaCAA#2
Pemenang terbaik pertama dengan hadiah 100 juta rupiah adalah karya video yang berjudul ”Eat Like Andy” oleh Yusuf Ismail dari Bandung yang cukup dikenal dengan karya instalasi video di beberapa even pameran dgn medium video. Karya terbaik kedua adalah lukisan berseri yang berjudul ”Java of Durer” oleh desainer grafis dari Yogyakarta, Eddy Susanto.
Terbaik ketiga karya seni instalasi-interaktif berjudul ”Autism Spectrum” oleh Bagus Pandega dari Bandung, terbaik urutan ke-4 adalah ”Laura in Paradise” oleh Octora Chan juga dari Bandung. (k57/fsi)

http://www.bisnis-jabar.com/index.php/berita/ini-dia-para-seniman-peraih-bandung-contemporary-art-award-2

Posted by Bagus Pandega On 11.39 0 comments

Bandung artists dominate
award ceremony

BANDUNG: Host artists have dominated the Bandung Contemporary Art Awards (BaCAA) by winning three of four awards.

The winners were announced over the weekend with the first prize going to Yusuf Ismail of Bandung through his video titled Eat Like Andy. He was entitled to Rp 100 million (US$10,900) in cash prizes. Coming in second was Eddy
Susanto, a graphic designer from Yogyakarta, who presented Java of Durer.

Bagus Pandega and Octora Chan, both from Bandung, took third and fourth prizes with their respective art pieces Autism Spectrum and Laura in Paradise.

The second edition of the competition featured 485 participants who were shortlisted into 46 nominations before being reduced to 25 finalists.

The judge panel comprised Agus Suwage (artist), Mella Jaarsma (artist), Carla Bianpoen (art journalist), Hendro Wiyanto (art curator), Rifky Effendy (art curator), Syakieb Sungkar (art collector), and Wiyu Wahono (art collector).


http://www.thejakartapost.com/news/2012/03/27/bandung-artists-dominate-award-ceremony.html

About Me

I'm a young emerging artist interested in sounds, lights, and kinetics work to be applied in my artworks.

Contact me:

baguspandega[at]gmail.com
follow me on twitter and instagram
@baguspandega

Label

Archive